"Tiga Hari Bersama Calon Penghuni Surga"
Dia tidak pernah berbuat curang dan iri hati kepada orang lain.
“Akan datang kepada kalian sekarang ini seorang laki-laki penghuni
surga.” Ucapan Rasulullah SAW ini serta-merta membuat riuh para sahabat yang
tengah berada di masjid. Mereka bertanya-tanya siapa gerangan sang penghuni
surga itu.
Apakah dia salah satu sahabat yang paling rajin shalatnya atau
yang paling rajin puasanya? Atau, yang paling banyak sedekahnya atau mungkin
yang tak pernah absen dalam jihad?
Tak lama, para sahabat pun melihat seorang
laki-laki Anshar dengan wajah basah. Air wudhu menetes dari
janggutnya. Tangannya menjinjing sepasang sandal jepit. Tak ada yang spesial
secara fisik.
Para sahabat pun bertanya-tanya alasan apa yang membuat laki-laki
tersebut menjadi penghuni surga. Tentu saja itu derajat tinggi yang sangat
diinginkan setiap Muslim, apalagi para sahabat Rasul. Mereka semua menginginkan
jaminan surga.
Keesokan hari belum terjawab rasa penasaran para sahabat,
Rasulullah kembali mengucapkan hal sama. “Akan datang kepada kalian sekarang
ini seorang laki-laki penghuni surga.” Mereka pun kembali riuh bertanya-tanya,
siapa lagi yang dipastikan merasakan nikmat Allah yang kekal.
Namun, justru laki-laki dengan wajah basah wudhu dan membawa
sandal itu lagi yang muncul. Para sahabat semakin bertanya-tanya, namun tak ada
satu pun yang berani bertanya pada Rasulullah.
Hingga ketiga kalinya, Rasulullah mengucapkan hal yang sama.
Namun, tetap saja yang muncul laki-laki tadi. Para sahabat pun yakin laki-laki
itulah calon penghuni surga.
Tapi, tak satu pun sahabat yang mengetahui alasan di balik rahmat
Allah memasukkan laki-laki itu dalam golongan yang selamat pada hari akhir.
Namun, mereka tetap merasa tak enak hati jika menanyakannya hal
itu kepada Rasulullah. Tinggallah para sahabat terus dirundung keingintahuan.
Salah satu sahabat yang amat penasaran, yakni Abdullah bin Amr bin Ash, memilih
inisiatif untuk mencari tahu sendiri.
Hari ketiga setelah Rasulullah mengucapkan hal yang sama, Abdullah
bin Amr bin Ash bermaksud mengikuti si laki-laki penghuni surga. Ia pun
membuntutinya hingga tiba di rumah laki-laki itu.
Abdullah berpikir bagaimana cara agar ia dapat mengetahui amalan
apa yang mengantarkan pria itu meraih keistimewaan sebagai penghuni surga.
Ia pun kemudian menyapa pria tersebut dan bermaksud meminta izin
untuk menginap di rumahnya. Abdullah bermaksud tinggal di sana agar dapat
mengetahui amalan si penghuni surga.
“Aku telah bertengkar dengan ayahku, kemudian aku bersumpah untuk
tidak mendatanginya selama tiga hari. Jika boleh, aku ingin tinggal bersamamu
selama tiga hari,” ujar Abdullah kepada laki-laki itu.
Si penghuni surga tersebut dengan senang hati menyambut Abdullah.
“Tentu, silakan,” ujarnya gembira. Maka, tinggallah Ibnu Amr di rumah calon
penghuni surga itu selama tiga hari.
Selama tinggal di sana, Abdullah mengamati setiap ibadah dan
amalan yang dilakukan si calon penghuni surga. Hari pertama, Abdullah tak
menemukan adanya amalan spesial dari laki-laki itu. Hari kedua, ibadahnya masih
sama, tak ada yang istimewa.
Hingga hari terakhir, Abdullah tak juga menemukan ibadah yang luar
biasa dari si laki-laki yang berhasil meraih keutamaan surga tersebut.
Abdullah hanya melihat ibadah si laki-laki yang biasa, hanya
menjalankan ibadah wajib saja. Di sepertiga malam, pria itu tak pernah bangun
shalat Tahajud.
Meski Abdullah bin Amr selalu mendengar laki-laki itu berzikir dan
bertakbir acap kali terjaga dari tidur, pria itu baru bangun saat waktu shalat
subuh tiba.
Luput dari shalat malam, pria penghuni surga itu pun tak menjalankan
puasa sunnah. Namun, Abdullah juga tak pernah mendengar pria itu berbicara,
kecuali ucapan yang baik.
Tiga hari terlewat tanpa menemukan jawaban apa pun. Bahkan, hampir
saja Abdullah meremehkan amalan si penghuni surga jika tak mendapat
jawaban sebelum pamit.
Ketika izin pulang setelah menginap tiga hari, Abdullah mengakui
maksudnya untuk mencari keutamaan amalan si laki-laki itu hingga beruntung
menjadi salah satu penghuni surga Allah yang dipenuhi segala kenikmatan.
Kepada pria itu Abdullah berkata, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya
tidak pernah terjadi pertengkaran antara aku dan ayahku. Tujuanku menginap di
rumahmu adalah karena aku ingin tahu amalan yang membuatmu menjadi penghuni
surga, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah. Aku bermaksud dengan melihat
amalanmu itu aku akan menirunya supaya bisa menjadi sepertimu. Tapi, ternyata
kau tidak terlalu banyak beramal kebaikan. Apakah sebenarnya hingga kau mampu
mencapai sesuatu yang dikatakan Rasulullah sebagai penghuni surga?” tanyanya.
Laki-laki itu pun tersenyum dan menjawab ringan, “Aku tidak
memiliki amalan, kecuali semua yang telah engkau lihat selama tiga hari ini.”
Jawabannya itu tak memuaskan hati Abdullah ibn Amr.
Namun, ketika Abdullah melangkah keluar dari rumah, laki-laki tersebut
memanggilnya. Ia berkata kepada Abdullah, “Benar, amalanku hanya yang engkau
lihat. Hanya saja, aku tidak pernah berbuat curang kepada seorang pun, baik
kepada Muslimin ataupun selainnya. Aku juga tidak pernah iri ataupun hasad
kepada seseorang atas karunia yang telah diberikan Allah kepadanya.”
Mendengarnya perkataan tersebut, takjublah Abdullah bin Amr bin
Ash. Ia yakin sifat tak pernah iri, dengki, dan hasad membuat pria itu masuk
surga.
Ia pun malu karena banyak dari Muslimin yang tak memperhatikan
akhlak tersebut. Tak hanya ibadah semata yang mengantarkan manusia merasakan
surga Allah, tetapi juga amalan kebaikan, termasuk sifat dan akhlakul karimah.
“Kemungkinan amalan inilah yang membuatmu mendapatkan derajat yang
tinggi. Ini adalah amalan yang sangat sulit untuk dilakukan,” ujar Abdullah
girang mendapat jawaban sekaligus pelajaran berharga.
Tak sia-sia Abdullah menginap tiga hari bersama sang calon
penghuni surga. Karena, ia mendapatkan pelajaran yang amat patut dicontoh
dirinya maupun Muslimin secara umum.
Berdasarkan kisah tersebut, banyak pelajaran yang dapat dipetik
Muslimin. Sifat hasad, baik iri dan dengki, sangat dilarang dalam Islam.
Bahkan, dari kisah ini tampak seorang yang tak pernah memiliki
sifat itu merupakan penghuni surga Allah. Dari Abu Hurairah Rasulullah
bersabda, “Janganlah kalian saling iri dan dengki.” (HR Muslim).
Kisah Laki-Laki Yang Menjadi Penghuni Surga (Di Baca Ya Insya Allah Menjadi Pelajaran)
Reviewed by henipratiwi88
on
17:20:00
Rating:
No comments: