Posted by: Editor Posted date: Minggu, September 27, 2015
JOGJAKARTA- Ratusan orang yang terdiri dari aktivis, relawan, dan partisipan Buru Baru Festival sebuah aksi kreatif untuk melawan perubahan iklim pada 26 September 2015 lalu yang digelar Greenpeace di Pantai Baru, Bantul, Jogjakarta.
Sebuah foto raksasa dengan tulisan #ActionsForClimate dibentangkan di sepanjang wilayah Pantai Baru, salah satu wilayah yang menggunakan energi terbarukan dari angin dan matahari.
Buru Baru Festival adalah sebuah gerakan untuk mendorong dan mendesak Pemerintah Indonesia untuk segera beralih dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Aksi ini merupakan rangkaian hari aksi global yang dilakukan di 30 negara di seluruh dunia. Aksi global ini juga ditujukan kepada para pemimpin negara dunia untuk memperkuat komitmen mereka terhadap penurunan emisi menuju pertemuan COP 21 di Paris pada awal Desember mendatang.
“Kami mengajak seluruh unsur masyarakat untuk mendesak pemerintah Indonesia agar mengakhiri era bahan bakar fosil dan menghentikan deforestasi. Peralihan menuju energi terbarukan dan perlindungan hutan harus segera dipercepat, dengan itu Indonesia dapat memberikan kontribusi nyata terhadap penyelamatan iklim global”, kata Dian Elviana, Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia melalui keterangan tertulisnya yang diterima Beritalingkungan.com.
Penelitian Greenpeace dan Universitas Harvard terbaru mengungkapkan fakta yang mengejutkan. Hasil penelitian itu memperkirakan sebanyak 15,600 jiwa /tahun akan mengalami kematian dini akibat terpapar polusi yang dikeluarkan oleh PLTU batubara.
Laporan penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekspansi batubara yang direncanakan secara signifikan dapat meningkatkan tingkat polusi di seluruh Indonesia. Biaya kesehatan manusia dari meningkatnya polusi batubara ini harus dipertimbangkan ketika membuat pilihan tentang masa depan energi Indonesia. Alih-alih mengembangkan energi terbarukan, Pemerintah Indonesia meluncurkan proyek 35 GW dimana 60% diantaranya adalah PLTU Batubara.
"Indonesia berada di persimpangan jalan. Presiden Jokowi memiliki pilihan, tetap dengan pendekatan bisnis seperti biasa untuk menghasilkan listrik dan mengambil kehidupan ribuan orang Indonesia, atau memimpin perubahan dan melakukan ekspansi yang cepat untuk mengembangkan energi yang aman, bersih, yaitu energi terbarukan,” tambah Dian.
“Ada kebutuhan mendesak, saat ini, untuk mengambil jalur pembangunan rendah karbon dengan mengembangkan energi terbarukan sebagai solusi. Ini adalah momen harapan, dan menunjukkan bahwa kita dapat memanfaatkan kekuatan alam, seperti matahari dan angin, untuk mengubah krisis iklim,"tandasnya (Marwan Azis)
JOGJAKARTA- Ratusan orang yang terdiri dari aktivis, relawan, dan partisipan Buru Baru Festival sebuah aksi kreatif untuk melawan perubahan iklim pada 26 September 2015 lalu yang digelar Greenpeace di Pantai Baru, Bantul, Jogjakarta.
Sebuah foto raksasa dengan tulisan #ActionsForClimate dibentangkan di sepanjang wilayah Pantai Baru, salah satu wilayah yang menggunakan energi terbarukan dari angin dan matahari.
Buru Baru Festival adalah sebuah gerakan untuk mendorong dan mendesak Pemerintah Indonesia untuk segera beralih dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Aksi ini merupakan rangkaian hari aksi global yang dilakukan di 30 negara di seluruh dunia. Aksi global ini juga ditujukan kepada para pemimpin negara dunia untuk memperkuat komitmen mereka terhadap penurunan emisi menuju pertemuan COP 21 di Paris pada awal Desember mendatang.
“Kami mengajak seluruh unsur masyarakat untuk mendesak pemerintah Indonesia agar mengakhiri era bahan bakar fosil dan menghentikan deforestasi. Peralihan menuju energi terbarukan dan perlindungan hutan harus segera dipercepat, dengan itu Indonesia dapat memberikan kontribusi nyata terhadap penyelamatan iklim global”, kata Dian Elviana, Jurukampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia melalui keterangan tertulisnya yang diterima Beritalingkungan.com.
Penelitian Greenpeace dan Universitas Harvard terbaru mengungkapkan fakta yang mengejutkan. Hasil penelitian itu memperkirakan sebanyak 15,600 jiwa /tahun akan mengalami kematian dini akibat terpapar polusi yang dikeluarkan oleh PLTU batubara.
Laporan penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekspansi batubara yang direncanakan secara signifikan dapat meningkatkan tingkat polusi di seluruh Indonesia. Biaya kesehatan manusia dari meningkatnya polusi batubara ini harus dipertimbangkan ketika membuat pilihan tentang masa depan energi Indonesia. Alih-alih mengembangkan energi terbarukan, Pemerintah Indonesia meluncurkan proyek 35 GW dimana 60% diantaranya adalah PLTU Batubara.
"Indonesia berada di persimpangan jalan. Presiden Jokowi memiliki pilihan, tetap dengan pendekatan bisnis seperti biasa untuk menghasilkan listrik dan mengambil kehidupan ribuan orang Indonesia, atau memimpin perubahan dan melakukan ekspansi yang cepat untuk mengembangkan energi yang aman, bersih, yaitu energi terbarukan,” tambah Dian.
“Ada kebutuhan mendesak, saat ini, untuk mengambil jalur pembangunan rendah karbon dengan mengembangkan energi terbarukan sebagai solusi. Ini adalah momen harapan, dan menunjukkan bahwa kita dapat memanfaatkan kekuatan alam, seperti matahari dan angin, untuk mengubah krisis iklim,"tandasnya (Marwan Azis)
Mari Beralih ke Energi Terbaharukan
Reviewed by henipratiwi88
on
06:36:00
Rating:
No comments: